Selasa, 25 Oktober 2016 16:16

IMG_20160902_074046.jpg

Demi mewujudkan generasi muda yang sehat dan berprestasi, Rifka Annisa melalui program Goes to School nya mengunjungi SMKN 1 Wonosari. Acara yang di gelar pada Jumat, 2 September 2016 di Masjid Al – Ikhlas Wonosari Kabupaten Gunung Kidul dihadiri oleh kurang lebih 800 peserta siswa dan siswi SMKN 1 Wonosari dari kelas X dan XI serta beberapa guru dan kesiswaan yang turut serta mendampingi.

Acara dengan slogan “Pergaulan Sehat, Prestasi Hebat” tersebut diisi dengan pemberian informasi – informasi seputar penggunaan internet yang sehat, perkembangan remaja, dan pemutaran video terkait pergaulan remaja saat ini. Tidak hanya sebatas pemberian materi saja, melainkan juga terdapat dialog interaktif dimana siswa – siswi berkesempatan untuk menyampaikan pendapat dan pertanyaannya disertai dengan pembagian doorprize dan bernyanyi bersama.

Kegiatan Rifka Annisa Goes to School ini bertujuan untuk mengenalkan materi – materi dasar yang berkaitan dengan isu gender. Hasil akhirnya, peserta RGTS dapat mengenali, mencegah, dan mengerti langkah – langkah yang dilakukan apabila menemui peristiwa yang berkaitan dengan kekerasan. Penyampaian yang ringan dan menarik diharapkan dapat membentu peserta dalam memahami konten materi yang disesuaikan dengan nilai – nilai di sekolah.

Dalam acara tersebut hadir pula Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Bapak Ramto yang menyatakan harapannya agar para siswa – siswi SMKN 1 Wonosari dapat terhindar dari dampak kekerasan. Disamping itu, sebagai perwakilan dari sekolah, Bapak Ramto juga berharap bahwa kerjasama yang dijalin dengan Rifka Annisa tidak terhenti sampai disini saja. Kegiatan lanjutan menjadi hal yang perlu diselenggarakan dalam rangka menangani dan mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak berbasis sekolah. []

 

Penulis: Ifan Maududi, Mahasiswa Magang dari Universitas Brawijaya Malang, Jurusan Hubungan Internasional

Selasa, 25 Oktober 2016 15:29

IMG_1529.jpeg

 Rabu 19 Oktober, ‘He For She goes to Campus’ diadakan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Grup music dari Jakarta bernama Simponi yang mengkoordinasikan acara tersebut; yang menampilkan campuran musik mereka sendiri dan mencakup kesetaraan gender dan kekerasan terhadap perempuan. Masing-masing dari empat anggota band berbicara tentang fakta-fakta dan angka sekitarnya tentang ketidaksetaraan gender di Indonesia dan global. Ada beberapa orang berbicara tentang pengalaman pribadi, seperti salah satu anggota band yang pernah menyaksikan ketidakadilan gender dalam masyarakat Indonesia yang datang dari keluarga orang tua tunggal. Dia menyaksikan ibunya yang terpinggirkan dan diejek untuk posisinya.

Semua acara disampaikan dalam bahasa Indonesia sehingga sedikit sulit untuk saya mengherti. Powerpoints lebih mudah untuk saya tetapi percakapan biasa lebih sulit dan saya tidak mengherti semua. Untungnya ada Rara, mahasiswa magang dari Universitas Brawijaya, yang membantu saya dan itu fantastis ketika Rara menerjemahkan bagi saya segmen yang sangat menarik di mana mereka meminta lima perempuan dan lima relawan laki-laki dari penonton. Mereka datang ke depan dan diminta untuk membaca daftar pernyataan untuk diri mereka sendiri dan jika mereka setuju mereka akan tetap berdiri di depan dan membaca pernyataan keras kepada penonton dan jika mereka tidak setuju mereka diminta untuk duduk kembali.

Tujuh orang duduk dan satu perempuan dan dua laki-laki tetap berdiri. Ketiga kemudian membaca laporan keras untuk penonton. Dari apa yang saya mengerti dan apa yang diterjemahkan untuk saya, semua mendukung gerakan menuju masyarakat yang adil gender melalui kerja sama dari kedua perempuan dan laki-laki. Termasuk kerjasama untuk menghindari menyalahkan korban ketika terjadi perkosaan. Misalnya, dengan pernyataan bahwa perempuan harus berpakaian sopan dan pantas untuk melindungi dirinya dari penilaian maupun kekerasan berbasis gender. Dari perspektif pribadi, ide ini menyalahkan korban, dan membalikkan malu dan menyalahkan seorang wanita yang diperkosa misalnya, mengatakan karena dia mengenakan item pakaian tertentu itu salahnya sehingga dia diperkosa.

Namun, saya pikir itu fantastis bahwa kegiatan kampanye ‘He For She’ pergi ke Kampus adalah tempat di mana individu bisa datang, berbagi ide dan perspektif, memetakan dan bersama-sama memahami apa artinya bagi Indonesia untuk terus mencapai tujuan masyarakat yang adil gender, yang tidak mentolerir kekerasan terhadap perempuan dan satu yang memberdayakan laki-laki dan perempuan untuk mengetahui nilai kesetaraan.

Sebagai peserta asing, acara ini sangat bermanfaat bagi saya untuk melihat seperti apa bangunan momentum positif bagi kesetaraan gender di Indonesia. Untuk mendengarkan aksi penolakan dari banyak orang dan fakta tentang tingkat kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dan semangat tinggi mereka untuk benar-benar membuat perubahan di komunitas mereka, universitas mereka, negara mereka, itu luar biasa.

 

Penulis: Emma Hardy, Mahasiswa magang dari Universitas Monash, Australia, Fakultas Ilmu Budaya

Selasa, 25 Oktober 2016 11:20

 

7_Foto_liputan_1-WP_20160617_010-1.jpg

 

Jumat 17 Juni 2016, Forum Penanganan Korban Kekerasan Perempuan dan Anak (FPK2PA) berkumpul di Balai Desa Ngalang. Acara ini merupakan pertemuan rutin yang diagendakan kelompok FPK2PA Ngalang untuk belajar tentang kekerasan dalam keluarga. FPK2PA merasa perlu belajar hal ini karena di lingkungan Dusun Ngalang masih terjadi kekerasan terhadap anak secara fisik maupun verbal seperti mencubit, membentak, dan kekerasan dalam rumah tangga. Seperti yang dilakukan Heni yang menjabat sebagai Ketua FPK2PA Ngalang, saat ini ia mendampingi kasus anak di dusun tempat tinggalnya. “Menurut proses pendampingan yang dilakukan, anak ini merupakan korban dari orangtuanya sehingga membawa dampak belajar anak di sekolah dan pergaulan anak ini,” kata Heni.

Bagi Atun yang juga pengurus FPK2PA Ngalang bidang konseling, belajar tentang kekerasan dalam rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Bagi dia membicarakan tentang personal keluarga menjadi tantangan tersendiri karena masyarakat masih mengagap persoalan ini hal yang tabu. Kegiatan ini diikuti sekiar 15 orang, dimulai dengan koordinasi forum tentang implementasi program kerja yang diagendakan dalam 3 tahun kedepan. Di tahun 2016, sebagai awal perencanaan program, FPK2PA akan mengajukan anggaran ke desa. Hal ini bagian dari komitmen desa mendorong upaya pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Proses ini juga merupakan peluang undang-undang desa yang ada di Ngalang, bahwa akses pembangunan telah banyak dilakukan oleh kelompok perempuan di desa. Mereka ikut berpartisipasi dalam pembangunan desa melalui diskusi – diskusi dan belajar organisasi.

Diskusi tersebut dimulai dengan refleksi tentang diri, tentang pengalaman hidup, pengalaman masa lalu, dan pengalaman kekerasan yang pernah dialami dan dilakukan oleh masing-masing orang. Dalam proses ini peserta menggambarkan sebuah simbol tentang apa yang pernah mereka alami. Salah satunya Lia, ibu satu anak yang juga kader posyandu. Dalam kertas yang ia bawa tergambar bibir. Gambar yang ia buat memiliki cerita bahwa dia sering marah dengan anaknya lantaran anaknya sering membuatnya jengkel. “Anak yang juga aktif bertanya telah membuat saya sendiri marah-marah dan bentak-bentak jika tidak bisa menjawabnya,” jelas Lia. Meskipun setelah itu ia menyesal dan sedih. Pengalaman ini membuat ia berefleksi untuk tidak melakukan itu lagi ke anaknya.

Cerita lain juga datang dari Atun, ia menggambarkan tangan dalam simbol kertas merah itu. Pengalaman yang ia ingat, waktu anaknya masih kecil ia selalu memaksakan kehendaknya dan keinginannya. Hal ini ternyata punya dampak tersendiri ketika anaknya sekarang tumbuh dewasa.  Atun juga kemudian menyadari hal apa yang ia pernah lakukan membuat anaknya sekarang tidak percaya diri dan setiap mengambil keputusan selalu bertanya. Ia sedih dan menyesal tentang apa yang pernah ia lakukan dan karena pengasuhan yang tidak baik dari dirinya. Namun kini ia menyadari itu, bahwa dulu ia mengasuh dengan keliru karena ketidaktahuannya. “Kini saya tidak ingin hal itu terulang kembali. Saya menanamkan pengasuhan yang positif dan akan mendorong anak tumbuh menjadi pribadi percaya diri dan berkembang bersosialisasi ke lingkungannya,” kata Atun.

Belajar pada hari itu memberikan ketrampilan tersendiri dan bekal bagi peserta. Selanjutnya anggota FPK2PA akan turun ke dusun-dusun dan melakukan sosialisasi ke masyarakat. Pembelajaran ini juga akan diteruskan untuk penguatan kapasitas menjadi fasilitator yang akan pada 23-24 Juni 2016. Fitri sebagai fasilitator diskusi juga mengungkapkan refleksi pengalaman dan hal itu menjadi pengetahuan yang bisa didiskusikan. “Kami bisa saling belajar dari pengalaman kehidupan setiap orang,” ungkap Fitri.

 

Rabu, 08 Jun 2016 20:25

pengaduan.jpg

Merespon banyaknya dugaan kasus kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan pendidikan khususnya pendidikan tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta, maka dibutuhkan upaya yang serius untuk menangani kasus-kasus tersebut.

Korban atau orang yang mengetahui akan adanya kekerasan seksual hendaknya tidak diam dengan kondisi tersebut. Kemauan dan keberanian untuk memberikan informasi akan sangat membantu dalam proses penanganan kasus kekerasan seksual yang mengedepankan kepentingan, perlindungan dan keadilan bagi korban serta pencegahan keberulangan kasus serupa. Rifka Annisa membuka ruang pengaduan atas kasus-kasus kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan pendidikan khususnya pendidikan tinggi dengan ketentuan sebagai berikut:

  1. Rifka Annisa akan menjaga kerahasiaan identitas korban dan/atau pelapor.
  2. Rifka Annisa menyediakan pendampingan psikologis, hukum dan layanan rujukan yang diperlukan bagi korban dan/atau pelapor.
  3. Laporan-laporan yang diterima oleh Rifka Annisa akan digunakan untuk melakukan advokasi pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di lingkungan pendidikan khususnya institusi pendidikan tinggi.

Pengaduan dapat dilakukan melalui email Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya. dan hotline RIFKA ANNISA di 085100431298 dan 085799057765, atau datang langsung ke kantor Rifka Annisa Jl. Jambon IV Komplek Jatimulyo Indah, Tegalrejo, Yogyakarta.

46506770
Today
This Week
This Month
Last Month
All
986
15137
15137
343878
46506770