Diskusi Internal Bersama KH. Husein Muhammad

Written by  Kamis, 21 Agustus 2014 10:21

Oleh: Megafirmawanti Lasinta
Email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Senin (18/08), Rifka Annisa mengadakan diskusi internal bersama KH. Husein Muhammad yang dimoderatori oleh Saeroni. Diskusi tersebut membahas tentang permasalahan penghapusan kekerasan terhadap perempuan dalam perspektif Islam. KH. Husein mengawali paparannya dengan mengulas tentang salah satu tulisannya yang menyatakan bahwa jilbab bukanlah pembeda antara muslim dan non muslim, melainkan merupakan identitas sosial antara budak dan bukan budak, dan merdeka atau tidak merdeka.

Tanpa melanjutkan ulasan tentang tulisannya, KH. Husein menceritakan pengalamannya selama menjadi Komisioner di Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. Menurutnya, kasus kekerasan yang paling banyak ditemukan adalah dalam bahtera rumah tangga. Dalam paparannya tersebut, KH. Husein menyebutkan bahwa 90% kekerasan dalam rumah tangga dilakukan oleh laki-laki (suami) kepada istrinya.      

Diskusi yang dihadiri belasan peserta tersebut juga membahas tentang sumber-sumber agama (Islam) yang seringkali berbeda dalam interpretasi sehingga terjadi kesalahan dalam memahami substansi dari teks-teks agama tersebut. Salah satu hal yang dicontohkan oleh Kyai Husein adalah terkait dengan teks arabiya yang mengatakan bahwa perempuan adalah sumber malapetaka. Menurutnya, pandangan yang terlalu mensakralkan teks-teks arabiya juga dapat menciptakan diskriminasi terhadap perempuan yang berujung pada kekerasan.  

Budi, salah satu peserta diskusi tersebut memberikan tanggapan bahwa selama ini, ia memahami bahwa islam memberikan ruang musyawarah, ruang kritik dalam setiap permasalahan, namun yang ia temukan adalah pemahaman yang kaku terhadap teks-teks Alqur’an dan hal itu cenderung dibiarkan oleh tokoh-tokoh yang paham ayat-ayat Alqur’an itu sendiri. Budi mengatakan bahwa seharusnya, orang-orang yang kompeten untuk meluruskan perihal pemahaman yang kaku tersebut perlu melakukan langkah strategis.

Menanggapi pernyataan Budi, KH. Husein mengatakan bahwa untuk melakukan perubahan perlu adanya pendekatan budaya. Melakukan perubahan dengan meninggalkan budaya akan lebih susah. Setiap tokoh punya caranya masing-masing untuk melakukan perubahan. Ada yang melalui langkah strategis, dan ada yang melalui cara lain. KH. Husein juga mencontohkan bahwa tokoh yang kuat karakternya di Indonesia adalah Gusdur. Menurut KH. Husein, Gusdur mempunyai basis kultural yang kuat. KH. Husein juga mengatakan bahwa perubahan harus dilakukan secara bersama.                  

Read 1342 times
44194206
Today
This Week
This Month
Last Month
All
19125
30357
258327
276576
44194206