Selasa, 25 Juli 2017 22:09

GUNUNGKIDUL - Kasus kejahatan melibatkan anak masih tinggi. Berdasarkan data dari kepolisian setempat, dalam kurun waktu 2015 hingga 2017 ada puluhan anak berurusan dengan hukum.

Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Gunungkidul mencatat pada 2015 jumlah kasus 16. Setahun kemudian naik menjadi 27 kasus. Tahun ini sampai 1 Mei tercatat delapan anak terimpit kasus hukum. "Anak-anak menjadi korban sekaligus pelaku kejahatan," kata Panit Humas Polres Gunungkidul, Iptu Ngadino kemarin (1/5).

Jumlah kasus bervariasi, mulai pencurian dengan kekerasan hingga pencabulan. Jumlah korban didominasi anak perempuan. Maraknya tindak kejahatan melibatkan anak harus menjadi perhatian bersama. Selain itu, idealnya ada upaya pencegahan. "Pencegahan tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri tapi semua pihak harus terlibat. Sehingga kasus yang muncul dapat ditekan," ujar Ngadino.

Selama 2015 hingga 2017 tercatat 35 kasus kejahatan yang melibatkan anak. Pada 2017 unit PPA menangani delapan perkara. Satu anak terlibat pencurian dengan kekerasan, enam kasus persetubuhan dan pencurian satu kasus.

Kami berharap orangtua lebih waspada. Menjaga anak terutama yang mulai tumbuh dewasa karena rentan menjadi korban dan pelaku kejahatan. Pengawasan intensif mendesak dilakukan. "Bagaimana pun kesibukan orangtua, perhatian dan pengawasan terhadap anak harus diutamakan," kata Ngadino.

Manajer Humas dan Media LSM Rifka Annisa, Defirentia One, prihatin dengan tingginya kasus kejahatan melibatkan anak. Dari data yang dimiliki Rifka Annisa, selama 2016 terdapat 43 anak menjadi korban kekerasan. "Kasusnya meliputi kekerasan seksual, penganiayaan, perdagangan anak serta kekerasan dalam pacaran," kata Defirentia.

Sebanyak 70 persen merupakan perkara kekerasan seksual, 16 diantaranya telah memiliki putusan hukum tetap. Rata-rata untuk kasus seksual anak, hukuman bagi pelaku tujuh tahun penjara.

Namun ada juga kasus yang dihentikan penyidikannya. Korban merupakan anak 12 tahun sementara pelaku dewasa. Penyidikan dihentikan karena hasil pemeriksaan kejiwaan menunjukkan pelaku terganggu jiwanya.

"Ada juga perkara dicabut karena ada kesepakatan damai kedua pihak. Laporan dicabut karena dinikahkan dengan pelaku," kata Defirentia. (gun/iwa/er)

 

Sumber: Jawa Pos Radar Jogja, Selasa 2 Mei 2017

Selasa, 25 Juli 2017 17:59

Gunungkidul (19/7) - Siswa SMK Negeri 1 Ngawen, Kabupaten Gunungkidul mengadakan pertunjukkan drama dalam rangkaian kegiatan Pengenalan Lembaga Sekolah (PLS) sebagai salah satu cara untuk mempermudah anak-anak kelas X memahami permasalahan remaja yang terjadi di sekitarnya. Pertunjukan drama sepanjang 30 menit tersebut membawakan cerita mengenai “Relasi Sehat”. Sebanyak 357 orang siswa yang hadir saat itu menunjukkan respon yang begitu antusias.

Pendidik sebaya yang setahun terakhir ini didampingi oleh Rifka Annisa menyadari bahwa akan lebih menarik untuk mensosialisasikan “Relasi sehat” melalui pertunjukan drama. Komunitas pendidik sebaya pun menyepakati untuk melakukan pertunjukan drama dengan judul Pacaran Masa Kini. Pertunjukan drama tersebut menceritakan dua jenis relasi anak masa kini dalam menjalin sebuah hubungan, yaitu pergaulan tanpa kontrol yang tanpa memikirkan masa depan, dan menjalin relasi yang sehat dengan memikirkan pendidikan sebagai tujuan utama dalam kehidupan.

Kegiatan drama tersebut diperankan oleh Hendra, dkk, dan inti dari drama yang mereka perankan ialah mencegah terjadinya pernikahan anak. Dalam mengakhiri drama tersebut, Hendra mengatakan “Contohlah relasi yang baik dan pikirkanlah pendidikanmu terlebih dahulu. Kita tidak salah dalam berpacaran tetapi janganlah pacaran membuatmu menjadi hancur.”

Setelah pertunjukan drama yang dibawakan oleh komunitas pendidik sebaya maka untuk menambah penjelasan dari drama, pihak Rifka Annisa mengadakan sosialisasi “Relasi Sehat” untuk menjelaskan bagaimana sesungguhnya menjalin sebuah hubungan dan bagaimana sesungguhnya dinamika anak remaja. Sosialisasi “Relasi sehat” yang dilakukan oleh Rifka Annisa memperkenalkan siapa sesungguhnya remaja dan kerentanan-kerentanan remaja yang sering sekali menjadi korban. Karena kurangnya pengontrolan diri dari remaja membuatnya menjadi terjerumus sebagai korban maupun pelaku kekerasan.

Sifat remaja yang cenderung labil membuat mereka bisa menjadi korban kekerasan secara berkelanjutan. Mengadakan sosialisasi “Relasi sehat” kepada siswa baru merupakan suatu pilihan yang disepakati oleh pihak sekolah dengan Rifka Annisa, karena didasari dengan banyaknya pernikahan dini yang masih tejadi di wilayah Gunungkidul akibat relasi yang tidak baik. Karena itulah besar harapan dari Rifka Annisa dengan adanya sosialisasi “Relasi Sehat”, maka para remaja dapat menjalin sebuah relasi yang baik dan menurunkan persentasi angka pernikahan anak sehingga generasi bangsa semakin berpendidikan dan semakin maju. (Lamtiar Tambunan/Laras Intansari)

 

*Lamtiar Tambunan dan Laras Intansari adalah Mahasiswa magang di Divisi Humas dan Media Rifka Annisa

Rabu, 26 Oktober 2016 06:49

foto_guru.jpg

Rifka Annisa WCC bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul untuk menyelenggarakan Workshop “Sistem Berbasis Sekolah untuk Pencegahan dan Penanganan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak” pada Kamis—Sabtu, 25– 27 Agustus 2016. Peserta dalam kegiatan ini berjumlah 20 guru dari beberapa SMP dan SMK di Gunungkidul antara lain; SMK N I Wonosari, SMK N Saptosari, SMK N I Gedangsari, SMK N I Ngawen, SMK N 3 Wonosari, SMP N 4 Wonosari, SMA N 2 Wonosari, dan SMP 1 Semanu. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini bertujuan untuk memahami dinamika psikologi dan karakter remaja serta memahami penyebab/akar terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak. Selain itu kegiatan ini juga bertujuan untuk memperoleh gambaran pengalaman dari masing-masing sekolah tentang pencegahan dan penanganan kekerasan yang telah dilaksanakan.

Kegiatan workshop guru yang bertempat di @HOM Platinum Hotel, Jl. Gowongan Kidul No. 57 Yogyakarta ini didasari oleh hasil evaluasi kegiatan pendampingan dengan sekolah dan penelitian mengenai kekerasan seksual di Gunungkidul. Rifka Annisa memandang penting adanya sistem berbasis sekolah terkait pencegahan dan penanganan kekerasan dan kekerasan seksual. Hal ini juga senada dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 82 Tahun 2015, tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan. Sehingga ketika berbicara terkait sistem tersebut, maka penguatan masing-masing unsur di dalam sekolah perlu dilakukan. Unsur tersebut terdiri dari kepala sekolah, guru, serta murid. Diantara peran guru sebagai pendidik, pengajar, dan pembimbing, sesuai dengan UU no. 14 tahun 2005, membuat guru memiliki intensitas yang tinggi dalam berinteraksi dengan peserta didik. Sehingga, guru mempunyai peran yang cukup penting dalam upaya pencegahan dan penanganan kekerasan.

Diawal sesi hari pertama, Rifka Annisa mengundang Dra. Mutingatu Sholichah, M.Si, (Staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta dan Pendamping Kekerasan seksual intervensi konseling orangtua, guru, dan anak) sebagai narasumber untuk menyampaikan Dinamika psikologi remaja dan pentingnya peran sekolah dalam upaya pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Dilanjutkan hari kedua membahas tentang relasi kuasa dan ketidakadilan gender. Indiah Wahyu Andari salah satu fasilitator menjelaskan,“ Konstruksi sosial yang ada di masyarakat selama ini menempatkan perempuan pada posisi lebih rendah dibandingkan laki-laki. Perempuan dilekatkan pada peran-peran domestik, dan laki-laki lebih pada peran public.” Indiah Juga menambahkan bahwa akar penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah adanya relasi kuasa, atau relasi yang timpang (tidak setara) antara satu sama lain dan konstruksi gender yang tidak adil. Diantara hal-hal yang mempengaruhi relasi kuasa tersebut adalah tingkat pendidikan, status sosial, senior-junior, usia, pekerjaan, status kesehatan, status ekonomi, mayoritas-minoritas, dan lain sebagainya.

Pada sesi malam peserta diajak praktek tehnik self healing untuk terapi korban kekerasan. Antusias peserta sangat terlihat ketika mereka menggambarkan mimpi kedepan apa saja yang ingin dilakukan. Hari ketiga membahas tentang konseling dan pendampingan, dilanjutkan dengan pembahasan rencana tindak lanjut, kemudian ditutup dengan evaluasi kegiatan.[]

Selasa, 25 Oktober 2016 16:16

IMG_20160902_074046.jpg

Demi mewujudkan generasi muda yang sehat dan berprestasi, Rifka Annisa melalui program Goes to School nya mengunjungi SMKN 1 Wonosari. Acara yang di gelar pada Jumat, 2 September 2016 di Masjid Al – Ikhlas Wonosari Kabupaten Gunung Kidul dihadiri oleh kurang lebih 800 peserta siswa dan siswi SMKN 1 Wonosari dari kelas X dan XI serta beberapa guru dan kesiswaan yang turut serta mendampingi.

Acara dengan slogan “Pergaulan Sehat, Prestasi Hebat” tersebut diisi dengan pemberian informasi – informasi seputar penggunaan internet yang sehat, perkembangan remaja, dan pemutaran video terkait pergaulan remaja saat ini. Tidak hanya sebatas pemberian materi saja, melainkan juga terdapat dialog interaktif dimana siswa – siswi berkesempatan untuk menyampaikan pendapat dan pertanyaannya disertai dengan pembagian doorprize dan bernyanyi bersama.

Kegiatan Rifka Annisa Goes to School ini bertujuan untuk mengenalkan materi – materi dasar yang berkaitan dengan isu gender. Hasil akhirnya, peserta RGTS dapat mengenali, mencegah, dan mengerti langkah – langkah yang dilakukan apabila menemui peristiwa yang berkaitan dengan kekerasan. Penyampaian yang ringan dan menarik diharapkan dapat membentu peserta dalam memahami konten materi yang disesuaikan dengan nilai – nilai di sekolah.

Dalam acara tersebut hadir pula Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Bapak Ramto yang menyatakan harapannya agar para siswa – siswi SMKN 1 Wonosari dapat terhindar dari dampak kekerasan. Disamping itu, sebagai perwakilan dari sekolah, Bapak Ramto juga berharap bahwa kerjasama yang dijalin dengan Rifka Annisa tidak terhenti sampai disini saja. Kegiatan lanjutan menjadi hal yang perlu diselenggarakan dalam rangka menangani dan mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak berbasis sekolah. []

 

Penulis: Ifan Maududi, Mahasiswa Magang dari Universitas Brawijaya Malang, Jurusan Hubungan Internasional

44058118
Today
This Week
This Month
Last Month
All
5788
19399
122239
276576
44058118