Kesempatan Kedua

Written by  Rabu, 11 Juli 2018 08:12

Aku tidak suka berada di rumahku, di rumahku aku hanya akan merasa sendiri tanpa ada teman mengobrol. Aku tinggal bersama ayahku yang sibuk bekerja, ibu tiriku dan adik tiriku. Ibu tiriku tidak pernah memarahiku,namun juga jarang berbicara denganku. Aku kesepian. Aku rasa hidupku ini paling malang di dunia ini, aku tidak punya ibu kandung sementara ayahku sibuk. Di sekolah aku bukan murid yang menonjol, aku pendiam, aku juga tidak cantik. Aku berandai-andai seandainya aku terlahir dengan wajah cantik seperti temanku Ririn. Aku juga tidak pandai, pelajaran sekolah memusingkan kepalaku, aku punya cita-cita suatu hari nanti aku akan menjadi artis. .

Suatu hari aku berkenalan dengan lelaki yang lebih tua dariku. Dia mengucapkan kata-kata manis untukku. Jika libur sekolah, dia akan mengajakku pergi ke tempat yang menarik. Dia mentraktirku makan, membelikan hadiah yang kusuka. Sejak bersamanya aku tidak merasa kesepian lagi. Dia berlutut menyatakan cinta dengan cara berlutut dihadapanku. Dia bertanya apakah aku mencintainya? Aku jawab iya, dia tersenyum mencium bibirku. Dia bilang ingin meminta bukti cinta lewat berhubungan badan. Awalnya aku ragu, dia membisikan kata-kata indah dan mau bertanggung jawab jika terjadi sesuatu kepadaku. Aku merelakan kehormatanku. Aku percaya padanya karena aku mencintainya. Ternyata semuanya bohong, dia berbohong mencintaiku ternyata dia sudah mempunyai istri dan anak. Aku malu sekali apalagi aku sudah memberikan segalanya kepadaku. Semua orang sudah tahu perbuatanku, mereka menganggapku sebagai perempuan murahan yang tidak tahu malu. Bapak malu sekali dengan sikapku karena aku sudah mencoreng nama baik bapak.

Aku merasa hampa, aku tidak mau pergi ke sekolah karena semua orang tahu keadaanku. Aku merasa mereka sedang membicarakanku dari belakang. Aku jadi sering bolos sekolah dan sering mengurung diri di kamar. Aku berdoa seandainya waktu bisa terulang aku ingin menghindari kesalahanku. Aku putus asa, aku malu pergi ke sekolah, akhirnya kuputuskan untuk bunuh diri namun upayaku gagal karena aku berhasil diselamatkan. Pergelanganku masih sakit, aku tidak tahu bunuh diri sesakit ini. Masih kuingat tangis ibu tiriku dan bapak, mereka bilang aku masih punya kesempatan, aku harus tetap hidup.

Aku masih memiliki kesempatan kedua, kuputuskan untuk melanjutkan sekolah di tempat yang berbeda. Kubuka lembaran baru, aku tahu masa lalu begitu memalukan namun aku percaya masa depan masih bisa kumiliki.

 

Seperti dituturkan pada Diana Putri Ariani,

Relawan Divisi Pendampingan Rifka Annisa

Read 2979 times
46506770
Today
This Week
This Month
Last Month
All
986
15137
15137
343878
46506770